Gamelan Angklung Bali
Gamelan angklung adalah Gamelan khas bali yang sering digunakan dalam prosesi/upacara kematian. Gamelan angklung menggunakan laras selendro dan tergolong barungan madya yang di bentuk oleh instrument berbilah dan berpencon dari krawang, Di Bali Selatan Gamelan ini hanya menggunakan 4 (empat) nada sedangkan di Bali Utara menggunakan 5 (lima) nada. Berdasarkan konteks penggunaan Gamelan ini serta materi tabuh yang dibawakan angklung dapat dibedakan menjadi :
- Angklung klasik : Di mainkan untuk mengiringi upacara (tanpa tari-tarian)
- Angklung kebyar : Di mainkan untuk mengiringi pegelaran tari maupun drama
Satu barung Gamelan angklung biasa
berperan sebagai keduanya, karena sering kali menggunakan penabuh yang sama. Di
kalangan masyarakat yang luas Gamelan ini di kenal sebagai pengiring upacara
Pitra Yadnya(ngaben). Di sekitaran Denpasar dan beberapa tempat lainnya,
penguburan mayat di iringi dengan Gamelan angklung yang menggantikan fungsi
Gamelan gong gede yang di pakai untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya (odalan)
atau juga upacara lainnya
Gamelan Angklung yang terdapat di
Tempekan Kelod Banjar Tebuana Sukawati merupakan seperangkat Gamelan yang sangat
tua sekali keberadaanya dan merupakan salah satu jenis Gamelan yang
termasuk kedalam golongan Gamelan tua.
Sejarah Gamelan Angklung Bali
Menurut keterangan dari salah
seorang seniman yang berasal dari Banjar Tebuana, menceritakan bahwa :
Gamelan Angklung yang terdapat di
Tempekan Kelod Banjar Tebuana ini dulunya merupakan Gamelan yang dimiliki oleh
seka demen-demen, yang anggotanya ada dari luar Banjar Tebuana. Dalam
pementasan Gamelan Angklung dulunya anggota tidak pernah mengadakan kegiatan latihan,
dimana yang memegang peran penting yaitu” Tukang Ugal “ yang berlatih
terlebih dahulu di tempat orang yang dianggapnya biasa atau mengetahui
gending-gending angklung. Tetapi seiring perjalannya waktu banyak konflik yang
menghampiri seke tersebut, dan salah satu anggota seke yang bernama Ki Jeteg
mengusulkan agar Gamelan Angklung tersebut diserahkan ke pada Tempekan. Pada
saat itulah Tempekan Kelod Banjar Tebuana memiliki Gamelan angklung dan
langsung membentuk seke Angklung yang beranggotakan dua puluh tiga orang
dimana semua anggotanya berasal dari Tempekan Kelod Banjar Tebuana.
Gamelan Angklung ini konon pada
waktu itu hanya dipergunakan saat ada upacara Pitra yadnya. Tetapi karena
adanya perkembangan kesenian di Bali Gamelan angklung ini di usulkan agar dapat
digunakan dalam upacara Dewa Yadnya maupun Manusa Yadnya. Salah satu anggota
seke mengusulkan agar membelikan sepasang Gong, Kempul, Bende, Kempli kajar dan
reong pada tahun 1947 sehingga Gamelan Angklung ini dapat digunakan untuk
menabuh gending lelambatan maupun kekebyaran.
Gamelan
Angklung yang terdapat di Temoekan Kelod Banjar Tebuana merupakan suatu Gamelan
yang sangat tua umurnya bahkan ganbelan ini di golongkan kedalam golongan
gamelan Bali tua. Dan memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik dan
merupakan salah satu warisan budaya yang didapat secara turun temurun. Hingga
kini Gamelan Angklung masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat pemiliknya
karena erat kaitannya dan selalu dipertunjukkan dan dimainkan dalam upacara
keagamaan
Bentuk Gamelan Angklung
Melihat bentuknya
Gamelan Angklung merupakan gamelan yang
terdiri dari beberapa aspek
yang mewujudkan
salah satu bentuk kesempurnaan refertuarnya
yaitu adalah sebagai berikut, atau alat-alat
yang menjadi pelengkap dalam barungan
Gamelan Angklung yang terdapat di Banjar Tebuana Desa
Sukawati :
- 6-8 pasang alat yang terdiri dari sepasang jegogan, jublag, dan selebihnya pemade dan kantilan
- 3-4 pencon, reong angklung kebyar menggunakan 12 pencon
- 2 buah kendang kecil klasik dan 2 buah kendang besar jika memainkan angklung kebyar
- 1 buah tawa-tawa
- 1 buah kempur kecuali angklung kebyar menggunakan gong
Gangsa
angklung adalah suatu instrument yang mempunyai 4(empat) bilah nada yang
terdiri dari (neng,ndung,ndang, nding) dengan gaya nada selendro. Salah satu
gangsa angklung biasanya bisa langsung berfungsi sebagai pengugal atau pemimpin
dalam barungan angklung itu. Instrument gangsa ini biasanya menggunakan alat
pukul panggul atau juga panggul gender. Cara memainkannya adalah satu nada di
pukul kemudian d tutup sesuai dengan irama yang kita inginkan.
Kantialan
angklung adalah instrument yang mempunyai 4(empat) bilah nada yang terdiri dari
nada (ndeng, ndung,ndang, nding)tetapi dengan nada lebih tinggi dengan gaya
selendro. Kantilan ini berfungsi sebagai pemanis dalam permainan atau gending
angklung tersebut. Instrument ini juga menggunakan alat pukul panggul atau juga
menggunakan panggul gender Jublag angklung adalah instrument yang juga
mempunyai 4(empat) bilah nada yang terdiri dari nada (ndeng,ndung,ndang,nding)
tetapi nadanya lebih rendah dengan gaya selendro. Jublag ini berfungsi sebagai
penandan dalam gending angklung itu sendiri. Insterument ini menggunakan alat
pukul panggul tetapi ukurannya lebih besar dan d bawah panggul itu menggunakan
karet agar suara jublag terdengar lebih merdu.
Reong
angklung adalah instrument yang berpencon dengan gaya nada selendro dan
dimainkan oleh 4(empat) orang pemain atau penabuh. Instrument ini menggunakan
alat pukul panggul tetapi panggul itu di lilit dengan benang dengan tujuan agar
suara reong tersebut bisa lebih merdu
Kendang
angklung, biasanya kalau untuk mengiringi upacara kematian kendang angklung
yang digunakan adalah kendang yang berukuran kecil karena lagu yang dimainkan
adalah lagu yang bersifat sedih tetapi dalam angklung kebyar biasanya
menggunakan kendang yang ukurannya lebih besar karena bentuk lagunya lebih
bersemangat dan juga berbentuk kekebyaran. Instrument ini dimainkan oleh 2(dua)
orang penabuh. Kalau menggunakan kendang berukuran kecil cara memainkannya
hanya memukul bagian samping kanan yang diameternya lebih besar atau mukaknya
saja, tetapi kalau menggunakan kendang besar cara memainkannya menggunakan
2(dua) tangan dengan memukul bagian samping kendang dengan motif pukulan
seperti gegilak, dll
Tawa-tawa
angklung merupakan alat sebagai tempo yang membawa lagu itu cepat atau
pelan.
Kempur
angklung merupakan suatu alat untuk menunjukkan lagu itu sudah habis, tetapi
kalau angklung kebyar biasanya menggunakan gong, karena jenis lagunya berbentuk
kekebyaran. Ada juga instrument kecek dan suling yang menjadi bagian dari
barungan Gamelan angklung tersebut.
Kempur
angklung merupakan suatu alat untuk menunjukkan lagu itu sudah habis, tetapi
kalau angklung kebyar biasanya menggunakan gong, karena jenis lagunya berbentuk
kekebyaran. Ada juga instrument kecek dan suling yang menjadi bagian dari
barungan Gamelan angklung tersebut.
Jenis Jenis Gamelan Angklung Bali
Jenis-jenis gending Angklung ada
bermacam-macam , menurut fungsi dan kegunaannya. Dibawah ini
akan disebutkan beberapa gending Angklung
yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana
yang di mainkan dalam upacara Pitra Yadnya, banyak jenis gending yang biasa di
pentaskan, tetapi orang tua-tua dulu tidak mengetahui nama gending yang
dimainkan tersebut. Ada pula Gending Angklung
dimana gending ini dapat dimainkan alam
upacara Dewa Yadnya yaitu :
- Tabuh Gilak
- Tabuh Telu Crucuk Punyah
- Tabuh Nem Galang Kangin.
Fungsi Gamelan Angklung Bali
Segala aktifitas kebudayaan
bermaksud dan bertujuan untuk memuaskan suatu rangkaian dari segala kebutuhan
naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Dalam kegiatan keagamaan
Hindu di Bali Gamelan Angklung mamiliki fungsi yang sangat penting
sejak jaman dahulu sampai pada jaman sekarang ini, yaitu antara lain;
- Sebagai pengiring Upacara Dewa Yadnya.
- Sebagai pegiring Upacara Pitra Yadnya.
Gamelan Angklung
selalu terlibat langsung dalam upacara
tersebut, yang memberikan kesan magis indah
dan sakral yang berpengaruh terhadap
aktifitas sosial budaya masyarakat penikmatnya.
Keberadaannya saat pementasan dilaksanakan pada
rangkaian upacara pada masyarakat atau kelompok
pendukung dan penikmatnya. Tampaknya menjadi
media ungkapan estetis fikiran dan perasaan
seniman pelaku/penabuh maupun penikmatnya, yang
mengandung nilai atau tujuan tertentu bagi masyarakatBanjar Tebuana.
Meskipun
juga fungsinya dipergunakan dalam mengiringi upacara Dewa Yadnya, namun
adapula batasan – batasan tentang
dipergunakannya barungan ini dalam mengiringi
upacara Dewa Yadnya, yaitu hanya dalam
mementaskan gending-gending lelambatan misalnya Tabuh
gilak, tabuh cerucuk punyah, tabuh galangkangin, dan dapat juga untuk
mengiringi tarian topeng, baris dan rejang.
Dalam
setiap pementasannya selalu disertakan
persembahan sesajen sebelum gamelan ini
dimainkan, ini merupakan tradisi dan hal
sangat penting dilakukan karena merupakan sebuah
penghormatan kepada roh-roh positif yang
berstana pada Gamelan ini dan sekaligus
menjadi persembahan permohonan keselamatan kepada
Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan tuntunan dalam
berlangsungnya pementasan Gamelan Gong Luang. Masyarakat atau
seniman – seniman di Tempekan Kelod
Banjar Tebuana yang peduli dengan keberadaan kesenian
yang sudah tua dan sudah diaanggap
langka ini menggabungkan diri menjadi sebuah skaa Angklung Banjar
Tebuana. mereka tergabung disini hanya semata-mata karena rasa
yang cinta dan pengbdian yang tinggi
terhadap warisan budaya ini tanpa adanya
paksaan dan tujuan – tujuan yang lain.
Mengenai
keringanan yang mereka peroleh dalam tergabung diseka
ini seperti yang dikenal oleh masyakatat Bali yan disebut dengan luput, namun
dari segi pembiayan lainnya di Banjar
mereka tetap berkewajiban dan sama dengan
anggota banjar yang tidak tergabung dalam
ska angklung. Anggota skaa Angklung
Tempekan Kelod Banjar Tebuana mengagap bahwa apa ayng mereka lakukan
merupakan sebuah pengabdian yang amat tinggi guna kelangsungan dan kelestarian
kesenian yang merupakan warisan yang memiliki nilai sejarah yang amat tinggi.
No comments:
Post a Comment