Nama pakurmatan sendiri telah menyebut jenis karawitan ini adalah untuk menghormat sesuatu. Disebut karawitan pakurmatan untuk membedakan dari karawitan klenengan (konser) dan untuk iringan tari atau iringan pakeliran.
Selain ciri ricikan yang khusus, karawitan pakurmatan ini mempunyai ciri lain seperti volume tabuhan yang lebih keras, cara tabuhan tersendiri, yang mempunyai repertoire gendhing – gendhing khusus.
Secara keseluruhan, fungsi karawitan pakurmatan adalah untuk kepeluan upacara atau acara kebesaran dilingkungan kraton/istana.Oleh karena itu, gamelahn pakurmatan tersebut hanya didapati di kraton surakarta, kesultanan yogyakarta, cirebon,kadipaten atau keraton kabupaten khusus.
Gamelan Pakurmatan dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut fungsi dan kegunaannya yaitu Gamelan Monggang, gamelan Carabalen, dan gamelan Kodhok Ngorek.
1. Gamelan Monggang instrumennya terdiri atas: kendhang wadon, kendhang penunthung, kenong, rojeh, gong gedhe, banggen, kenongan dan penonthong. Di keraton Surakarta gamelan Monggang itu digunakan pada upacara garebeg Mulud atau pada upacara jumenengan atau ulang tahun raja naik tahta.
2. Gamelan Kodhok Ngorek, instrumennya terdiri atas: gender slendro, kendhang wadon, kendhang penunthung, gong gedhe, kenong, kecer, banggen, bonangan, dan klinthinglrijal. Gamelan Kodhok Ngorek di lingkungan keraton untuk keperluan ritual supitan, tetesan, sedangkan diluar tembok keraton untuk mengiringi panggih temanten, yaitu upacara pernikahan pada waktu mempelai wanita dan laki – Iaki berhadap – hadapan.
3. Gamelan Garabalen, instrumennya terdiri atas: kendhang wadon, kendhang penunthung gambyong, kenong, klenang, penonthong, kempul dan gong. Di keraton gamelan Carabalen itu digunakan untuk penghormatan para tamu yang hadir dalam resepsi perkawinan putri raja.
A. Sekaten
Sekaten merupakan acara tahunan yang paling ditunggu oleh warga Yogyakarta. Biasanya sekaten diadakan pada bulan Maulud untuk merayakan kelahiran Muhammad Nabi SAW. Meskipun pasar malam tidak digelar pada perayaan sekaten tahun ini, warga Yogyakarta masih mempunyai acara yang tidak kalah menariknya dengan pasar malam, yaitu gamelan sekati.
Gamelan merupakan seperangkat ansambel tradisional Jawa, yang memiliki tangga nada pentatonis dalam sistem tangga nada slendro dan pelog. Masyarakat Jawa menyebut gamelan sebagai gangsa yang merupakan jarwa dhosok (akronim) dari tiga sedasa (tiga dan sepuluh). Tiga sedasa merujuk pada elemen pembuat gamelan berupa perpaduan tiga bagian tembaga dan sepuluh bagian timah. Perpaduan tersebut menghasilkan perunggu, yang dianggap sebagai bahan baku terbaik untuk membuat gamelan.
Instrumen yang dimainkan dalam seperangkat gamelan antara lain kendang, bonang, panerus, gender, dan gambang. Selain itu ada suling, siter, clempung, slenthem, demung, dan saron. Juga tidak ketinggalan gong, kenong, kethuk, japan, kempyang, kempul, dan peking. Keraton Yogyakarta memiliki sekitar 21 perangkat gamelan. Salah satu perangkat gamelan yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta adalah gamelan Kanjeng Kiai Sekati.
Gamelan Kanjeng Kiai Sekati atau disebut Gamelan Sekati merupakan gamelan yang hanya dimainkan pada saat perayaan sekaten. Gamelan Sekati terdiri dari dua perangkat gamelan, yaitu Gamelan Kiai Gunturmadu dan Gamelan Kiai Nagawilaga. Kiai Nagawilaga berasal dari kata nogo, kata wi, dan kata logo. Secara harfiah, Nagawilaga berasal dari kata nogo dalam bahasa Jawa berarti naga, seekor ular. dalam mitologi. Namun secara kiasan bermakna lestari atau terus-menerus. Sementara Kiai Gunturmadu berasal dari kata guntur dan madu. Dalam bahasa Jawa, guntur berarti runtuh, sedangkan kata madu secara harfiah berarti madu. Namun sebagai kiasan, bermakna anugerah. Karena itu, Gunturmadu mengandung arti 'anugerah yang turun'.
Gamelan sekaten tersebut dibuat oleh Sunan Giri yang ahli dalam kesenian karawitan dan disebut-sebut sebagai gamelan dengan laras pelog yang pertama kali dibuat. Alat pemukulnya dibuat dari tanduk lembu atau tanduk kerbau dan untuk dapat menghasilkan bunyi pukulan yang nyaring dan bening, alat pemukul harus diangkat setinggi dahi sebelum dipuk pada masing-masing gamelan. Untuk persiapan spiritual, dilakukan beberapa waktu menjelang sekaten. Para abdi dalem yang bertugas memukul gamelan sekaten, mereka mensucikan diri dengan berpuasa dan siram jamas.
Gamelan merupakan seperangkat ansambel tradisional Jawa, yang memiliki tangga nada pentatonis dalam sistem tangga nada slendro dan pelog. Masyarakat Jawa menyebut gamelan sebagai gangsa yang merupakan jarwa dhosok (akronim) dari tiga sedasa (tiga dan sepuluh). Tiga sedasa merujuk pada elemen pembuat gamelan berupa perpaduan tiga bagian tembaga dan sepuluh bagian timah. Perpaduan tersebut menghasilkan perunggu, yang dianggap sebagai bahan baku terbaik untuk membuat gamelan.
Instrumen yang dimainkan dalam seperangkat gamelan antara lain kendang, bonang, panerus, gender, dan gambang. Selain itu ada suling, siter, clempung, slenthem, demung, dan saron. Juga tidak ketinggalan gong, kenong, kethuk, japan, kempyang, kempul, dan peking. Keraton Yogyakarta memiliki sekitar 21 perangkat gamelan. Salah satu perangkat gamelan yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta adalah gamelan Kanjeng Kiai Sekati.
Gamelan Kanjeng Kiai Sekati atau disebut Gamelan Sekati merupakan gamelan yang hanya dimainkan pada saat perayaan sekaten. Gamelan Sekati terdiri dari dua perangkat gamelan, yaitu Gamelan Kiai Gunturmadu dan Gamelan Kiai Nagawilaga. Kiai Nagawilaga berasal dari kata nogo, kata wi, dan kata logo. Secara harfiah, Nagawilaga berasal dari kata nogo dalam bahasa Jawa berarti naga, seekor ular. dalam mitologi. Namun secara kiasan bermakna lestari atau terus-menerus. Sementara Kiai Gunturmadu berasal dari kata guntur dan madu. Dalam bahasa Jawa, guntur berarti runtuh, sedangkan kata madu secara harfiah berarti madu. Namun sebagai kiasan, bermakna anugerah. Karena itu, Gunturmadu mengandung arti 'anugerah yang turun'.
Gamelan sekaten tersebut dibuat oleh Sunan Giri yang ahli dalam kesenian karawitan dan disebut-sebut sebagai gamelan dengan laras pelog yang pertama kali dibuat. Alat pemukulnya dibuat dari tanduk lembu atau tanduk kerbau dan untuk dapat menghasilkan bunyi pukulan yang nyaring dan bening, alat pemukul harus diangkat setinggi dahi sebelum dipuk pada masing-masing gamelan. Untuk persiapan spiritual, dilakukan beberapa waktu menjelang sekaten. Para abdi dalem yang bertugas memukul gamelan sekaten, mereka mensucikan diri dengan berpuasa dan siram jamas.
Karawitan sekaten ini mengunakan ricikan bonang barung serta panembung dan balungan, yang semua ricikan keras/soran. Cepat lambatnya ditentukan pleh tabuhan bedug. Gamelan sekaten berlaras pelog, ditabuh sekali setahun pada bulan maulud dari tanggal 6 sampai dengan tanggal 12 di halaman mesjid besar untuk merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW.
Hanya terdapat 3 gendhing khusus pada gamelan sekaten ini ialah :
- Ladrang rambu laras pelog pathet nem
- Ladrang rangkung laras pelog pathet lima
- Larang barang laras pelog pathet barang
Kecuali itu gemelan sekaten biasa juga mengambil dari reportoire gendhing klenengan biasa, hanya bagian inggahnya saja. Pada gendhing – gendhing yang merong dan inggahnya terdiri dari satu gongan, maka merongnya juga ditabuh.
Adapun ricikan perangkat gamelan sekaten adalah sebagai berikut :
- 1 rancak bonangan yang terdiri dari bonang barung dan panembung
- 2 rancak demung
- 4 rancak saron barung
- 2 rancak saron penerus
- 1 rancak kembyang(berisi dua kempyang)
- 2 buah gong ageng
- 1 buah bedug
CARA MENABUH
Tata tabuhan ialah cara – cara yang dipergunakan untuk menabuh ricikan. Oleh karena tidak semua cara itu dapat disebut namanya, mengenai hal tata tabuhan ini di urutkan sebagai berikut :
1. Cara Balen
Karena di dalam gamelan cara balen ini ada beberapa bentuk gendhing,maka juga akan banyak cara. Sebegai salah satu contoh akan kami ambil lancaran gangsaran seperti di bawah ini :
· Bentuk lancaran
· Rangka : 0 0 0 0) 0 0 0 0) 0 0 0 0) 0 0 0 (0)
· Kendangan II lancaran khusus
· Kenong, kempul, gong, tabuhannya seperti bentuk lancaran
· Gambyong : Kempyung dan siliran
· Klenang : Klenangan
· Penontong : 0 0 0 0) 0 0 0 0) 0 0 0 0) 0 0 0 (0)
- - - - I I - - I I - - I I - -
· Irama lancar
2. Monggang
· Kendangan II khusus;
· Rangka : 0 0 0 0) 0 0 0 (0)
· Gambyong : 1 6 1 5) 1 6 1 (5)
· Penitir : 1 . 1 .) 1 . 1 (.)
· Banggeng : . 6 . .) . 6 . (.)
· Kenongan : . . . 5) . . . (.)
· Kecer : x . x . x . x) x . x . x x x (.)
· Irama seseg dan dadi
3. Kodok Ngorek
· Rangka : 0 0 0 0) 0 0 0 (0)
· Gambyong : 6 . 6 5) 6 . 6 (5)
· Penontong alit : 1 - 1 -) 1 - 1 (-);
· Penontong ageng : . 1 . -) . - . (-);
· Rinjal : I I I I I I I I) I I I I I I I (I);
· Gender : Kembang tiba khusus;
· Irama : Dadi
· Sekaten
· Bedug : Pas balungan;
: Nungkak
: Nggandul
· Bonangan : Ngracik untuk buka
: Mbalung
: Mipil lamba,rangkep
: Mipil cegatan
: ngempyung
: Salah gumun
: Bonangan khusus
· Panembung : Ngedongi
: Salahan
· Demung : Mbalung
: Imbal
: Minjal
: Salahan
: Sekaran
· Saron Barung : Mbalung
· Saron Penerus : Nacah lamba
: Nacah rangkep
: Nacah rangkep selang – seling
· Bonangan
· Kendang : Kendang I
: Kendang II
· Bonang : Milah/Mbalung
: Mipil lamba,rangkep
: Cegatan tunggal
: Nduduk tunggal
: Nggembyang
: Ngempyung
: Salah gumun
· Slenthem : Mbalung
: Minjal
· Demung : Mbalung
: Imbal
· Saron barung : Mbalung
· Saron penerus : Mbalung
: Nacah lamba
: Nacah rangkep
: Nacah rangkep selang – seling
· Kethuk : Biasa
: Salahan
: Banggen
· Kenong : Tunggal rasa
: Ngempyung
: Salah gumun
: Tuturan
: Plesedan
· Kempul : Sama dengan kenong
No comments:
Post a Comment