Gamelan Batel Barong
Gamelan Batel adalah sebuah alat yang tergolong
gamelan madya dipakai mengiringi tari Barong Landung, Barong Bangkal dan wayang
kulit. Dalam banyak hal barungan ini merupakan pengiring prosesi, karena bisa
dimainkan sambil berjalan. Dalam mengiringi tari barong landung dan barong
bangkal agak berbeda dengan barungan gamelan Bali lainnya, Batel Barong tidak
mempergunakan instrumen pembawa melodi. Oleh karena itu musik yang ditampilkan
cenderung ritmis dan dinamis. Sedangkan untuk mengiringi wayang kulit di
tambahkan intrumen berupa 2 pasang gender wayang. Gender Wayang adalah barungan
yang sangat tua dan sacral, karena Gamelan Gender Wayang ini dipentaskan atau
dimainkan pada waktu mengiringi upacara Manusa Yadnya, Pitra Yadnya , Rsi Yadnya,
dan Dewa Yadnya. Seperti namanya, Gamelan Gender Wayang sangat erat hubungannya
dengan iringan pakeliran di Bali yaitu digunakan untuk mengiringi Wayang Parwa.
Gender Wayang merupakan dua buah kata yang melahirkan suatu pengertian
tertentu. Kata “Gender” jika didalam pengucapan tidak disertai dengan kata
wayang, kadang-kadang mempunyai pengertian berbeda, seperti misalnya kata
Genderambat dan Gender Barangan. Genderambat adalah salah satu jenis instrumen
dalam gamelan Pelegongan atau Semarpagulingan, sedangkan Gender Barangan adalah
jenis instumen dalam Gamelan Pelegongan atau pada Gender Wayang.
Tari
Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu.
Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan
(adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum
binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu
sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Macan, Barong Landung. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.
Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Macan, Barong Landung. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.
Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan
antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari
kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat
daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang):
satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan
Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan
ekor Barong.
Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
Gender adalah gamelan yang mempunyai bilah yang dibuat dari perunggu
(karawang), yang digantung diatas resonator bambu yang di topang dengan tumpuan
kayu atau besi, agar tidak bersentuhan antara bilah dengan bilah yang lainnya.
Wayang merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional rakyat Bali yang telah
dikenal oleh hampir semua orang. Wayang juga merupakan teater daerah Bali, yang
mempunyai fungsi yang sangat komplek di masyarakat, serta di gemari oleh hamper
seluruh lapisan masyarakat Indonesia terutama suku Jawa dan Bali.
Gender Wayang, adalah seperangkat gemelan (barungan) yang di pakai untuk
mengiringi pertunjukan Wayang Kulit di Bali. Sehubungan dengan hal tersebut di
atas, Jaap Kunst dalam bukunya yang berjudul Hindu Javanese Musical Instrumens,
mengatakan bahwa satu-satunya instumen yang menyertai pertunjukan Wayang Kulit
di Bali pada kenyataannya adalah Gender Wayang.
seperangkat gender wayang terdiri dari dua tungguh gender yang gede dan
dua tungguh gender yang lebih kecil atau gender barangan yang juga biasa
di sebut gender cenik. Sedangkan di Bali Utara biasanya dipakai dua tungguh
gender gede saja. Gender wayang yang terdapat di Bali masing-masing mempunyai
karakter tersendiri sesuai selera individu yang memiliki. Dengan demikian
gender wayang dari desa satu dengan yang lainya tidak bias dimainkan bersama.
Gender wayamg dilaras lima nada yang di sebut saih gender wayang dan mempunyai
10 bilah yang terdiri dari 2 octave.
Ombak (gelombang) dalam gender wayang lebih pelan di bandingkan dengan ombak
gamelan Gong Kebyar. Satu tungguh gender lebih tinggi sedikit suaranya (gender
pengisep) dari pada gender yang lainnya (pengumbang), apabila di pukul
bersamaan akan menimbulkan getaran atau gelombang suara. Selain gender wayang
dalam barungan batel untuk mengiringi wayang kuli digunaka juga intrumen
seperti :2 buah kendang kecil,1buah kajar,1buah kempur,1buah klenang,1buah
kemong,dan 1pangkon ricik.
Batel
Barong dibentuk oleh sejumlah alat musik pukul seperti:
2
buah kendang kecil
1
buah kajar
1
buah kempur
1
buah klenang
1
buah kemong
1
Pangkon ricik
Gamelan
Batel Barong saat ini masih ada di Desa Tegal Darmasaba yaitu untuk mengiringi
prosesi ngelawang dan sekaa dari gamelan Batel Barong khususnya di Desa Tegal
Darmasaba tidak tetap dikarenakan pada setiap ngelawang yang memainkan gamelan
ini bisa dimainkan oleh siapa saja asalkan mereka memainkan gamelan dan berasal
dari dari Desa Tegal Darmasaba. Di Desa Tegal Darmasaba terdapat empat barung
gamelan batel tepatnya di Pura Anteggana, Pura Pesanggaran, Pura Puseh, dan
Pura Dalem Gegelang, dan keempat barungan gamelan batel tersebut sangat
disakralkan oleh warga setempat disebabkan Gamelan tersebut hanya boleh
dimainkan pada saat Ida Betara baik yang berupa Barong Bangkung dan Barong
Landung Ngunya mengelilingi desa tradisi ini wajib di laksanakan karena dipercaya
bisa menetralisir kekuatan negative dan dilaksanakan setiap enam bulan sekali,
tepatnya pada hari raya Galungan dan Kuningan, dan menyebabkan gamelan batel
yang ada di Desa Tegal Darmasaba masih tetap eksis sampai sekarang.
Batel
wayang kulit dibentuk oleh sejumlah alat musik pukul seperti:
2
buah kendang kecil
1
buah kajar
1
buah kempur
1
buah kleneng
1
buah kemong
1
Pangkon ricik
2
pasang gender wayang
Gamelan
diatas masih ada di Kabupaten Badung tepatnya di banjar Gulingan, desa Tegal
Darmasaba yang bernama Sekaa Batel Kusuma Sari
Gamelan ini sering digunakan untuk mengiringi
pergelaran Wayang kulit pada tahun 80’an sampai 90’an, namun saat ini gamelan
ini sangat jarang dipentaskan disebabkan karena sekaa dari batel wayang Kusuma
Sari sudah tua dan belum memiliki regenerasi dan disamping itu setiap sekaa
wayang sudah memiliki gamelan masing-masing bahkan gamelan wayang saat ini
jarang menggunakan batel melainkan mengunakan gong kebyar, semarandhana dan
angklung. Gamelan batel wayang yang ada di banjar Gulingan
No comments:
Post a Comment