Jenis Jenis Gamelan
Nusantara
Berbicara tentang gamelan
adalah tentang manusia di Nusantara. Secara historis, gamelan 'dilahirkan' di
Nusantara.
Gambaran konstruksi historis gamelan sebagai
bentuk kesenian pun tak lepas dari ritual kesusastraan pustaka dan pusaka.
Bahkan, gaya berpakaian penabuh gamelan pun menjadi simbol identitas
kebudayaan. Sehingga secara arkeologis, historis, dan performatif gamelan tak
lepas dari unsur manusia dengan ketidaksempurnaannya.
Gamelan merupakan hasil dari kebudayaan yang
tumbuh dan berkembang bertahun-tahun lamanya. Dalam wujudnya yang paling indah,
gamelan dapat menghadirkan sekaligus rentang suara yang luas.
Inilah orkestra yang menjadi wajah Nusantara.
Orkestra ini mewakili juga keindahan orkestra sebagaimana yang berkembang dalam
musik klasik Eropa. Ada instrumen yang saling berbeda, dengan tangga nada yang
berbeda, dan dengan ekspresi yang berbeda.
Orkestra gamelan ini juga menjadi model instrumen
musik Nusantara dalam pengembangan musik daerah.
1. Gamelan Jawa
Gamelan Jawa
adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang,
dan gong. Musik yang tercipta pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong,
kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan
keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup yang dianut pada umumnya oleh
masyarakat Jawa. Gamelan jawa
sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua laras(tangga nada/titi nada), yaotu
Slendro dan Pelog. Menurut mitologi jawa, gamelan slendro lebih tua usianya
daripada gamelan pelog. Slendro memiliki 5 (lima) nada per oktaf 1 2 3 4 5 (C D
E+ G A) dengan
interval yang sama atau kalau pun berbeda perbedaan intervalnya sangat kecil.
Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E- F# G# A
B) dengan perbedaan interval yang besar. Gamelan Jawa biasanya
dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang kulit, wayang orang, ketoprak, tari,
upacara Sekaten, perkawinan, khitanan, keagaman, atau pun mengiringi upacara
adat.
2. Gamelan Bali
Gamelan Bali
adalah salah satu jenis Gamelan
yang ada di Indonésia. Orang-orang Bali lebih menyebutnya sebagai "Gambelan".
Gamelan ini memiliki perbedaan dengan gamelan jawa yaitu bentuk wilah (bilah
pada saron)
lebih tebal, bentuk pencon (bentuk gamelan seperti bonang)
lebih banyak daripada wilah, ritme lebih cepat.[1]
Gamelan Bali sangat khas terutama melalui bunyinya yang meledak-ledak,
berkecepatan tinggi, serta bagian gending yang lebih dinamis. Ritme musik yang
cepat terutama disebabkan oleh perangkat berbentuk seperti simbal berukuran
kecil yang biasa disebut Ceng-Ceng. instrumen gamelan Bali terdiri dari ugal,
gangsa, jublag, jegogan, gong gede, kempur, klenthong, reyong,
trompong, kendang, ceng-ceng, suling, rebab. Gamelan Bali biasa
ditampilkan saat ritual adat, upacara keagamaan, dan pengiring pertunjukan
kesenian.
3. Gamelan Sunda
Gamelan Sunda
menyuguhkan nada yang mendayu-dayu dan lebih didominasi suara suling Gamelan
Sunda biasanya menjadi pengiringi sinden. Instrumen khasnya menggunakan degung..
Gamelan Sunda terdiri dari suling degung, rebab, kecapi, bonang, kulanter,
saron, gambang, jengglong, panerus, kendang, dan gong.
Di
Tanah Sunda sendiri terdapat tiga jenis gamelan antara lain, gamelan renteng,
gamelan salendro atau pelog, dan gamelan ketuk tilu. Gamelan salendro biasanya
digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari-tarian, serta kliningan.
Karena seringnya digunakan dalam kesenian, gamelan salendro juga menjadi
gamelan yang poluler diantara jenis gamelan yang lain.
Kedua
adalah gamelan renteng. Gamelan ini berkembang di beberapa tempat, salah
satunya di Batu Karut, Cikalong. Melihat bentuk dan interval gamelan renteng,
ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan sunda yang sekarang berkembang
bermula dari gamelan renteng.
Terakhir
adalah gamelan ketuk tilu. Gamelan ini biasanya dipakai untuk mengiringi
kesenian ketuk tilu, ronggeng gunung, ronggeng ketuk, doger, dan topeng banjet.
4. Gamelan Banjar
Gamelan Banjar
merupakan perangkat gamelan yang berkembang di kalangan Suku Banjar di
Kalimantan Selatan. Perangkat gamelan ini mempunyai suara yang khas, tidak
menyerupai gamelan Jawa, Sunda, maupun Bali. Yang paling mendekati adalah
Angklung Caruk Banyuwangi. Hastanto mengatakan bahwa sistem pelarasan nadanya
adalah pentatonis yang mendekati slendro Bali (salonding). Akan tetapi dalam
karawitan Bali, perangkat gamelan Salonding dikenal sebagai suatu perangkat
gamelan yang memiliki pelarasan pelog tujuh nada dengan mempergunakan sistem
saih (mempunyai kemiripan dengan sistem pathet). Mungkin akan lebih tepat jika
Gamelan Banjar dikatakan mempunyai kemiripan mood atau suasana dengan gamelan
Salonding.
Gamelan yang punya bunyi khas ini berkembang di kalangan Suku Banjar,
Kalimantan Selatan. Gamelan Banjar punya dua versi, yakni keraton dan rakyatan.
Gamelan Banjar versi keraton terdiri
dari babun, dawu, sarun 1, sarun 2, sarun 3, kanung, kangsi, dan gong. Sedangkan versi rakyatan terdiri dari babun,
dawu, sarun, sarantam, kanung, kangsi, gong besar, dan gong kecil.
Dalam perkembangannya, Gamelan
Banjar dapat berfungsi sebagai sebuah perangkat gamelan yang berdiri sendiri
(instrumentalia seperti yang dikatakan Hastanto) dan dapat juga berfungsi
sebagai perangkat gamelan untuk mengiringi jenis kesenian pertunjukan lainnya.
Jenis kesenian yang diiringi dengan Gamelan Banjar diantaranya adalah seni
tari, kuda gipang, topeng Banjar, dan wayang Banjar baik itu wayang kulit
maupun wayang gung (wayang orang).
Pementasan seni pertunjukan yang
diiringi oleh Gamelan Banjar kerap dipergunakan pada acara-acara seremonial dan
sakral. Hal tersebut biasanya dapat dilihat pada jenis sesajen yang
dipergunakan. Selain itu, dapat juga bersifat profan yang dipertunjukan untuk
hajatan pada perkawinan maupun sebagai sebuah tontonan hiburan.
5. Gamelan Minang
Selain kental dengan aturan daerah yang memang masih kuat dengan kesan mistisnya, Sumatera Barat menyimpan kekayaan kesenian yang cukup banyak, salah satunya adalah kesenian gamelan. Instrumen musik yang digunakan adalah saluang, bansi, talempong (sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, tetapi ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong berbentuk lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyinya dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya), rabab, pupui.
Nada gamelan dari tanah Minang cenderung khas ke
arah musik Melayu. Pementasan musik gamelan khas Sumatera Barat digelar sebagai
hiburan masyarakat.
No comments:
Post a Comment